Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sanksi Terbaru Bertujuan Melumpuhkan Keuangan Iran

Amerika Serikat mengumumkan sanksi terbaru yang bertujuan untuk melumpuhkan sistem keuangan Iran di sektor perminyakan. Pada sanksi terbaru ini, beberapa bank asing yang diduga memfasilitasi transaksi minyak Iran menjadi incaran.

Sanksi Terbaru Bertujuan Melumpuhkan Keuangan Iran Menurut stasiun berita CNN, Presiden Barack Obama pada Selasa waktu setempat mengatakan bahwa sanksi terbaru adalah pemutusan hubungan antara perbankan Amerika dengan dua bank internasional, yaitu Bank Kunlun di China dan Bank Islam Elaf di Irak.

Dua bank ini diyakini membantu Bank Sentral Iran dalam transaksi pembayaran atas minyak negara tersebut. Obama mengatakan bahwa melalui dua bank tersebut, Iran berhasil memasuki sistem finansial internasional dan menghindari sanksi.

"Dengan memutus hubungan Amerika dengan dua institusi finansial, kami menegaskan bahwa kami akan memberi sanksi setiap institusi finansial, tidak peduli dimanapun berada, yang membantu Iran mendapatkan akses ke sistem finansial internasional," kata Obama.

Sanksi terbaru AS untuk menghentikan program nuklir Iran ini bertepatan dengan embargo penuh Uni Eropa terhadap minyak asal negara tersebut yang akan dimulai pada bulan ini. Obama pada awal tahun ini telah berkomitmen untuk memotong seluruh akses penjualan minyak Iran di seluruh dunia, termasuk menghentikan kerjasama perbankan antara AS dengan bank-bank yang memfasilitasi Iran.

AS juga mendesak negara-negara importir minyak untuk mengurangi pembelian dari Iran jika tidak ingin terkena sanksi. Setiap 180 hari sekali, beberapa negara harus menunjukkan laporan bahwa mereka telah mengurangi pembelian minyak dari Iran. Jika sanksi ini diterapkan secara penuh dan didukung oleh sekutu-sekutu AS, maka Iran tidak bisa menjual minyaknya kepada siapapun.

Akibat sanksi ini, Asosiasi Energi Internasional mencatat bahwa ekspor minyak Iran yang pada 2011 mencapai 2,5 juta barel per hari turun menjadi 1,5 juta barel per hari pada Juni lalu. Akibat penurunan ini, Kementerian Luar Negeri AS mencatat Iran kehilangan pemasukan negara sekitar US$9 miliar per kuartal. Selain itu, nilai mata uang Iran turun hingga 38 persen.